Place atau tempat ini didefinisikan sebagai proses dari mendapatkan produk ke tempat dimana produk tersebut akan dijual, atau disebut juga sebagai distribusi, dan juga bagaimana lokasi penjualan tersebut yang merupakan tempat dimana produk dijual diperhitungkan terlebih dahulu (Dias & Shah, 2009:318). Tempat disini juga mengarah kepada pemasaran jasa yang harus bisa diakses oleh orang-orang yang menginginkannya. Lebih lanjut, lokasi juga menunjuk pada layanan pemasaran dan manajemen.
Boom dan Bitner (dalam Dias & Shah, 2009:318) menyebutkan bahwa dalam masalah lokasi pemasaran, terdapat beberapa pemain yang terlibat di dalamnya, yaitu marketing intermediary, channel of distribution, agen atau broker, wholesaler, dan retailer. Marketing intermediary merupakan suatu organisasi yang membantu dalam proses perpindahan produk dari produsen ke konsumen. Disebut sebagai intermediary karena posisinya yang terletak di tengah-tengah antara produsen dengan konsumen. Sedangkan channel of distribution adalah kumpulan dari marketing intermediary, agen atau broker, wholesaler, dan retailer yang bersama-sama melakukan proses penyimpanan dan perpindahan barang di jalur yang telah ditetapkan antara produsen dengan konsumen. Agen atau broker adalah marketing intermediaries yang memfasilitasi pembeli dan penjual dalam negosasi pertukaran. Wholesaler merupakan marketing intermediary yang menjual produk ke organisasi lainnya. Dalam pedagang grosir (merchant wholesaler), terdapat dua tipe yang pertama adalah full-service wholesalers dan limited-function wholesalers. Full-service wholesalers memainkan peran dalam semua fungsi distribusi, sementara limited-function wholesalers hanyalah memainkan peran di fungsi-fungsi terpilih (Dias & Shah, 2009:319). Sedangkan retailer adalah organisasi yang menjual produk langsung kepada konsumen terakhir, misalnya minimarket Alfamart.
Pembahasan selanjutnya adalah mengenai logistik dan transportasi. Efisiensi dan efektivitas dalam pengiriman barang yang murah, cepat, dan meningkatkan kepuasan konsumen merupakan hal yang utama dalam proses logistik ini (Dias & Shah, 2009:323). Dalam rangkaian proses pemasaran, terdapat supply chain management yang merupakan proses perpindahan bahan dan produk dari satu tempat ke tempat lainnya (Dias & Shah, 2009:324). Supply chain management berbeda dari channel of distribution. Misalnya saja, dalam supply chain management bisa saja termasuk petani yang menanamkan apel, truk yang membawa apel dari petaninya, gudang tempat penyimpanan apel, proses pembungkusan, truk atau kereta yang digunakan untuk membawa apel ke pusat distribusi, dan transportasi yang digunakan untuk mendapatkan barang dari pusat distribusi Whole Foods lalu didistribusikan ke toko-toko dari Whole Foods itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa supply chain management terdiri atas beberapa aktivitas yang berkaitan antara satu dengan yang lain untuk memastikan bahwa bahan atau produk dari produsen dapat tersampaikan ke tangan konsumen. Aktivitas yang terdapat dalam supply chain management terdiri atas supplier, manufacturer, wholesaler, retailer, dan konsumen (Dias & Shah, 2009:324). Di dalam supply chain, agen atau broker bertindak sebagai marketing intermediary yang memfasilitasi negosiasi antara produsen dengan konsumen. Berbeda dengan merchant wholesaler, agen atau broker tidak mempunyai hak milik atas barang yang akan dijual (Dias & Shah, 2009: 322). Lebih lanjut, jika merchant wholesaler memperoleh pemasukan dalam bentuk keuntungan, maka agen dan broker mendapatkan komisi berdasarkan pada presentase jumlah produk yang terjual. Sedangkan retailer adalah marketing intermediary yang mendistribusikan produk kepada para konsumen.
Dalam supply chain management, retailer merupakan bagian penting karena mendistribusikan produk langsung kepada konsumen tanpa melalui perantara lagi. Dengan banyaknya jumlah retailer, retailer tersebut saling berkompetisi untuk menarik minat para konsumen yang akan membelanjakan uang mereka. Kompetisi tersebut berlangsung pada aspek-aspek tertentu yang dijadikan perbandingan oleh konsumen mereka, seperti berdasarkan pada harga, layanan, lokasi, seleksi, hingga entertainment (Dias & Shah, 2009:326). Pertama adalah kompetisi harga dimana tiap toko itu bersaing dalam harga, misalnya saja Wallmart yang merupakan toko yang sukses menawarkan barang dengan harga yang rendah (Dias & Shah, 2009:327). Kedua adalah kompetisi layanan dimana konsumen ini akan mau membayar lebih jika toko itu memiliki pelayanan yang baik yang termasuk pengiriman yang sesuai jadwal, garansi dan instalasi yang cepat. Pelayanan yang bisa baik tersebut biasanya karena para toko pengecer ini mempekerjakan orang-orang yang kompeten, melatih mereka dan membayar mereka dengan adil. Cara yang ketiga adalah kompetisi lokasi yang berarti toko ini bersaing dalam membuka tokonya di tempat yang strategis. Bank misalnya, selalu membuka ATM nya di tempat-tempat yang strategis misalnya di supermarket atau di pom bensin. Keempat adalah kompetisi seleksi yang berarti seleksi ini adalah menawarkan berbagai macam barang di satu kategori produk. Misalnya saja di toko Toys “R” Us yang menawarkan 8000 hingga 10.000 macam produk mainan dan telah mempunyai 1500 toko di seluruh dunia (Dias & Shah, 2009:328). Cara yang terakhir atau yang kelima adalah kompetisi hiburan yang berarti bahwa toko ini menambahkan nilai tertentu dalam pengalaman belanja para konsumen. Misalnya saja toko Jordan di New England yang desain tokonya itu menyerupai French Quarter yang sama seperti di New Orleans (Dias & Shah, 2009:328-329). Inilah yang kemudian bisa membuat konsumen lebih tertarik untuk mendatangi suatu toko tertentu.
Tidak hanya mengenai kompetisi, retailer juga harus memperhatikan proses distribusi produk mereka. Menurut Dias & Shah (2009: 330) terdapat tiga macam proses distribusi dalam retailing, yaitu distribusi intensif, selektif, dan eksklusif. Distribusi intensif berupaya untuk mendistribusikan produk di berbagai outlet retail sebanyak mungkin. Berbeda dengan distribusi intensif, distribusi selektif hanya mengirimkan produk kepada retailer tertentu yang lebih disukai oleh konsumen di suatu wilayah. Dan distribusi yang terakhir, eksklusif, hanya medistribusikan produk pada satu outlet retail saja di satu wilayah yang telah ditetapkan (Dias & Shah, 2009: 330). Disamping retailer yang menjual produk mereka di outlet-outlet yang tersedia, beberapa retailer justru menggunakan cara yang berbeda, misalnya dengan menjual produk melalui internet, telepon, atau dengan mendatangi langsung calon konsumen mereka (Dias & Shah, 2009: 332-333).
Label: place